Kita adalah milik Tuhan, maka kembalikan kepada Empunya |
Br. Stephanus Ngadenan, FIC, lahir di Kulonprogo, 1 Maret 1970, berasal dari dusun Madean, Pingitan, Sumberarum, Moyudan, Sleman, Putra tunggal dari pasangan bapak Ngadiyo dan ibu Ngadinem, Riwayat pendidikannya dimulai dari SD Kanaisius Ngapak II tahun 1983; SMP Kanisius Klepu tahun 1986; SPG Pangudiluhur Sedayu tahun 1989 dan IKIP PGRI Semarang, Prodi Pendidikan Biologi.
Riwayat
panggilannya dituturkan sendiri sebagai berikut:
Saya tertarik
menjadi orang terpanggil saat mengikuti tahbisan saudara di lapangan olahraga
Kridosono, Yogyakarta. Niat ini saya sampaikan ke simbok dan jawaban yang disampaikan
adalah sudah belajar dahulu yang pintar. Saat itu saya masih mengenyam
pendidikan di SMP Kanisius Klepu. Pada saat melanjutkan pendidikan di SPG
Pangudi Luhur Sedayu, saya mengikuti tes masuk di Ordo Karmel Malang dan
dinyatakan lulus serta diterima.
Surat pengumuman saya sampaikan ke simbok dengan harapan simbok memberikan restu, ternyata jawaban yang diberikan hanya linangan air mata tanpa suara yang keluar. Namun beberapa saat setelah dapat mengelola diri/mengendalikan “emosi” kaget kali, simbok mengatakan, kamu belajar yang membiayai simbahmu. Saya tanggap ing sasmita, intinya simbok tidak mengijinkan anak semata wayang hidup dalam biara, akhirnya bekerja di Jakarta.
Namun benih-benih panggilan tetap terpatri. Saat itu belum terpikir menjadi bruder apalagi bruder FIC. Gereja Blok B Jakarta Selatan mengumumkan ada seleksi menjadi calon bruder FIC, selintas saya teringat almamater saya di SPG Pangudi Luhur Sedayu yang dikelola para bruder FIC. Ikutlah tahapan seleksi masuk bruder FIC. Surat pengumuman bahwa saya diterima masuk pendidikan calon bruder FIC. Lancarkah? Tidak!!! Terkendala pada ijin orang tua. Otak berpikir-sudahlah biarkan teman dari Jakarta yang lolos bersama saya yang membuatkan surat ijin orang tua dan ditandatangani. Maaf para bruder FIC, ijin orang tua aku palsu. Kalau ijin orang tua asli, sudah pasti saya tahu jawaban yang akan saya terima.
Itulah awal peziarahan panggilan
menjadi bruder FIC. Saya paham bahwa keluarga saya akan “pupus” karena anak
semata wayang diserahkan kepada Tuhan, keturunan Ngadinem dan Ngadiyo yang
muncul nama Ngadenan tidak ada yang melanjutkan. Kejam nian aku ini!!!!!! Namun
akhirnya simbok memberikan jawaban saat saya harus memutuskan untuk kaul kekal:
“nek kuwi wis dadi pilihan lan dalan uripmu lan wis mantep, lakonana kanthi
temenen, aja pisan-pisan noleh mburi”. Inilah kekuatan saya dalam
menanggapi panggilanNya sampai detik ini. Matur suwun simbok Ngadinem.
Riwayat karya beliau: SD Pangudi Luhur Ambarawa, sebagai Guru kelas, tahun 1996; Pimpinan Asrama St. Louis Ambarawa, tahun 1996 – 1998; Guru kelas di SD Pangudi Luhur Xaverius Semarang, tahun 1998 – 2003; menjadi Koordinator dan Kepala Sekolah TK-SD Pangudi Luhur Bernardus Semarang, tahun 2003 – 2005; Wakil Kepala Sekolah dan Guru IPA, di SMP Pangudi Luhur Giriwoyo, tahun 2005 – 2008; Kepala sekolah di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten, tahun 2008 – 2010; Koordinator Sekolah dan Kepala SD, PG/TK/SD Pangudi Luhur Jakarta, tahun 2010 – 2016; dan Kepala sekolah SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta 2016 – sekarang.
Piagam penghargaan: Training Of Trainer (TOT) Microsoft, Microsoft – Indonesia; MindMap Tony Buzan-Inggris; Speed Reading & Speed Memory Tony Buzan-Inggris; IMind Map IMindMap-Indonesia; Training Of Trainer (TOT) MindMaping Tony Buzan-Inggris.
Cita-cita dan harapannya: Kita
adalah milik Tuhan, maka kembalikan kepada Empunya. Banyak orang tua yang
berani mempersembahkan putra-putrinya menjadi imam, bruder, dan/atau suster. Pesan
bagi kaum muda: Dengarkan suara
hati sehingga mampu mendengarkan bisikanNya.
paripepak11221
Pengalaman hidup yg bagus, dan menginspirasi.
BalasHapus