Selamat pagi, salam Nusantara |
Meski pemerintah sudah mengajak memoderasi hidup, artinya mengurangi tindak kekerasan dan keekstreman, toh sebulan ini masih merebak kekerasan. Pada hal juga sudah disambung dengan seruan untuk membangun toleransi hidup. Bentrok antar kelompok dan golongan tak terhindarkan, ujaran kebencian kok ya ada saja yang dipergunakan sebagai kasus belinya. Sepertinya memang ada orang cerdas yang selalu bisa ngotak-atik perkara, dan terus mencari jalan perbedaan. Perbedaan itu boleh dan sebuah keniscayaan. Tetapi kalau selalu mencari perbedaan untuk melawan atau saling berlawanan, itu namanya ekstrem. Tuhan menciptakan dan membedakan pria dan wanita itu untuk tertuju pada ketertarikan dan kebersatuan. Pun pula perbedaan suku, agama, ras, warna kulit, bahasa dan budaya untuk saling terbuka dan menjalin kerjasama.
Satu hal yang saat ini berkembang
justru ada kecenderungan membangun permusuhan. Melecehkan adat dan budaya
Nusantara, warisan luhur kakek-nenek moyang bangsa. Kearifan local diplesetkan
menjadi sesuatu yang negative. Karena kepentingan dan ambisi pribadi atau
golongan melaksanakan propaganda menumbuhkan rasa benci dan dendam kepada orang
lain. Peristiwa pengejaran dan pengeroyokan terhadap seorang lansia (apapun
alasannya) adalah tindakan yang tidak berperikemanusiaan (tidak ingin memakai
istilah tindakan biadab). Konflik horizontal antar penduduk atau antar suku
semestinya bisa dicegah, bukan diprovokasi untuk pecah konflik.
Media mainstream bisa menjadi mitra dan menjadi agen untuk
moderasi hidup beragama dan memoderasi hidup bermasyarakat. Jadi moderasi juga mesti
diterapkan pada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengurangi sikap
kekerasannya dan sikap ekstremnya. Pengeroyokan terhadap seorang lansia yang
terjadi lusa itu karena bentuk kekerasan dan keekstreman.
Kita menyadari bahwa kondisi psikologi
masyarakat saat ini sedang kurang sehat. Meskipun hidup saat ini sudah banyak
dipermudah dengan kehadiran tehnologi, namun percepatan perubahan itu tidak
terkejar oleh sebagian masyarakat. Penelitian
yang menunjukkan bahwa di kota-kota besar satu dari tiga orang mengalami
gangguan jiwa (stress, depresi, teralienasi, psikopat, dll) merupakan indikasi psikologi
masyarakat kurang sehat.
Dibutuhkan pengembangan seni budaya dan pengembangan spiritualitas ditengah kemajauan ilmu. Dengan ilmu hidup manusia dipermudah, dengan seni budaya hidup manusia diperindah, dengan spiritualitas hidup manusia terarah (ags)
Posting Komentar untuk "Mengapa Kekerasan Masih Merebak"