Para orang tua dan murid bersama pertemuan sosialisasi dan koordinasi pembelajaran
Pendidikan Keagamaan Katolik Sekolah Negeri
Sosialisasi dan Koordinasi
Pembelajaran Pendidikan Keagamaan Katolik Sekolah Negeri Tingkat SD dan SMP
Negeri Kabupaten Purwakarta Istimewa. Kegiatan ini
dilaksanakan pada hari Minggu, 24 Juli 2022 Pukul 10.00 – 12.30 WIB, bertempat
di Gereja Katolik Salib Suci Purwakarta. Diselenggarakan
oleh Bidang Pewartaan Seksi Pengajaran Pendidikan Keagamaan Katolik dengan
koordinator Pewartaan Bapak Paulus Basuki dan Yohanes Baptis. Peserta yang
hadir orang tua dan siswa katolik sejumlah 49 orang. Materi disampaikan oleh
Pastor Kepala Paroki Salib Suci Purwakarta Romo Thomas Sunarto, Pr. Materi
tentang
peran serta pelajar katolik negeri untuk aktif
terlibat dan belajar. Tidak hanya minta nilai
diakhir semester tetapi juga bersemangat belajar dari awal sampai akhir
semester. Belajar
dengan
penuh sukacita dan kemurahan hati Allah. Frater Linus dan Frater Noel Dari
Seminari Tinggi Fermentum menyampaikan materi Aksi, refleksi dan evaluasi
sebagai proyek kurikulum merdeka bagian proses pembinaan iman Katolik yang
holistik. Orang
tua, guru dan murid Katolik wajib membuat aksi, refleksi dan evaluasi bersama
setiap hari.
Dari pertemuan
orang tua ini diharapkan semakin bersinergi dalam mendidik anak-anak pelajar katolik di sekolah negeri terutama kabupaten
Purwakarta sangat gencar
dengan 5 mustika pendidikan karakter: Tujuh Poe Atikan Istimewa, AKPK, Tetenane
Di Bale Atikan, Pendidikan Anti Korupsi, Sekolah Ramah anak yang terintegrasi
dalam Kurikulum merdeka yang berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri,
bernalar kritis dan berketuhanan Yang Maha Esa.
Pendidikan iman anak merupakan pondasi Gereja dalam membentuk dan mendirikan
bangunan iman Gereja. Tidak perlu kita pungkiri, permasalahan pendidikan
katolik menjadi masalah yang perlu kita hadapi bersama namun sayang kurang
sentuhan dan perhatian. Mungkin sebegitu pelik dan besarnya permasalahan
pendidikan iman ini sehingga kita enggan menyentuhnya.
Hal kurangnya
pendidikan iman anak terlihat tidak saja di rumah, di tengah keluarga, tetapi
juga di sekolah, bahkan di sekolah katolik,
dan juga di paroki. Seandainya sudah ada sekalipun, patutlah kita pertanyakan,
apakah sudah cukup memadai, terutama jika ada cukup banyak umat katolik yang meninggalkan
Gereja Katolik. Kurangnya pendidikan iman Katolik di dalam keluarga. Dewasa ini
ada banyak anak- anak yang menganggap rumah hanya sebagai tempat makan dan
tidur. Kedua orang tua sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sehingga tidak
ada waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Jika berkomunikasi
tentang hal-hal yang sehari- hari saja sudah kurang, apalagi pembicaraan
tentang Tuhan dan iman katolik.
Para peserta dengan setia mengikuti pertemuan
Kurangnya
perhatian dari orang tua ini mengakibatkan anak-anak mencari kesenangannya
sendiri, asyik dengan dunia mereka sendiri, dan mencari pemenuhan kebutuhan
mereka untuk diperhatikan dan dikasihi dengan cara mereka sendiri. Sebagian
mungkin mendapatkannya dari permainan game di komputer/internet, chatting di FB
(Face book), nonton TV atau jalan- jalan/ shopping di Mall.
Anak- anak dewasa
ini berkembang menjadi pribadi yang cenderung individualistik daripada
berorientasi komunal dan berinteraksi langsung dengan orang- orang di sekitar
mereka. Suatu ironi, sebab seharusnya tugas utama orang tua adalah mendidik
anak- anak agar mereka mengenal dan mengasihi Allah, dan karena mengasihi
Allah, mereka dapat mengasihi sesama; dan dengan demikian orang tua menghantar
anak- anak mereka ke Surga. Jadi sesungguhnya pembentukan karakter anak sampai
menjadikan mereka pribadi- pribadi yang mengutamakan Allah, merupakan tugas
orang tua. Sejauh mana orang tua mengarahkan anak- anak, sehingga di tengah
kesibukan mereka, anak- anak tetap mau berdoa dan membaca Kitab Suci? (Yohanes
Baptis)
Posting Komentar untuk "MEMBANGUN PERSAUDARAAN DALAM KEBERAGAMAN KURIKULUM MERDEKA."