Sarasehan Timpel Kerasulan Awam Paroki St.Petrus dan Paulus Klepu
bertajuk Moderasi Beragama (fotodok)
Sleman,
swsr.com. Jangan
mudah terintimidasi dan harus tetap cerdas. Demikian dikatakan oleh Rama Adolfus.Suratmo
Atmomartaya, Pr, Kepala Paroki St.Petrus dan Paulus Klepu, dalam sambutannya
mengawali sarasehan Timpel Kerawam Paroki Klepu, Senin 27 Februari 2023,
bertajuk Moderasi Beragama. Selanjutnya dikatakan oleh Rama Suratmo, bahwa dinamika
masyarakat menjelang pemilu 2024 sangat dinamis dan sensitivitasnya tinggi.
Berita bohong atau hoax berisi gorengan-gorengan semakin masif. Gorengan yang
paling murah dan gampang dijual adalah gorengan agama, dan dampaknya sangat masif.
Kerusuhan demi kerusuhan, kekerasan demi kekerasan dan intoleransi tidak datang
tiba-tiba. Sudah ada desain. Politik identitas yang semakin menajam, dan sudah
berhasil dipergunakan untuk pilkada di DKI, nadanya akan dipergunakan lagi.
Maka baik kalau kita yang ada di level bawah, dekat dengan masyarakat, lebih
sering bertemu, berbagi informasi, diskusi, secara formal maupun non formal. Dari
bincang-bincang bersama akan mengetahui apa yang terjadi, mengenali apa yang
terjadi dan yang akan terjadi.
Para peserta sarasehan bertajuk Moderasi Beragama
Timpel Kerawam Paroki St.Petrus dan Paulus Klepu
Sebagai inti sarasehan bertajuk Moderasi Beragama, Timpel Kerawam
menghadirkan sesepuh yang sudah berpengalaman dalam bidang Kerasulan Awam,
yaitu bapak Petrus Suyanto. Dikatakan bahwa persoalan serius bagi harmonisasi masyarakat dalam berbangsa dan bernegara adalah munculnya sikap dan perilaku keagamaan yang eksklusif
anti kewarganegaraan, pro kekerasan bahkan anti negara.
Mereka pro kekerasan, empati seseorang terhadap penganut agama lain sangat
rendah (intoleransi, mengkafirkan orang dll). Menolak terhadap penganut agama
atau aliran lain dalam satu agama relatif tinggi. Retaknya hubungan antar pemeluk agama di Indonesia saat
ini (Nafik Muthohirin dlm Sindo: 7 Mei
2018), dilatarbelakangi paling tidak oleh dua faktor dominan:
pertama populisme agama yang
dihadirkan ke ruang publik yang dibumbui dengan nada kebencian terhadap pemeluk agama, ras,
dan suku tertentu. Kedua, politik sektarian yang sengaja menggunakan simbol-simbol
keagamaan untuk menjustifikasi atas kebenaran manuver politik tertentu sehingga
menggiring masyarakat ke arah konservatisme radikal secara pemikiran.
Kedua faktor tersebut berikatan satu sama lain. Keduanya
sama-sama dihadirkan ke ruang publik dalam rangka kepentingan politik praktis,
di mana pada sisi yang lain mengorbankan nalar sehat masyarakat beragama. Sebab, tidak ada doktrin agama yang
mengajarkan kebencian, kekerasan dan pengafiran hanya karena perbedaan pilihan
politik. Bapak P.Suyanto mengingatkan bahwa dampak buruk yang kita rasakan sekarang adalah menunggu
aksi-aksi kebencian ini menjalar dari dunia maya ke dunia nyata.
problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Ekstremisme,
radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antarumat
beragama.
Sehingga adanya program pengarusutamaan moderasi beragama
ini dinilai penting dan menemukan momentumnya.
Rama Adolfus Suratmo, memberikan sambutan:
"Jangan mudah terintimidasi dan tetap cerdas"
Moderasi beragama menyeimbangkan
antara,
orientasi keagamaan dan kebangsaan dan kepentingan individu dengan social.
Dengan demikian mampu merajut harmoni
dan menjaga kedamaian dalam hidup berbangsa dan bernegara tanpa dibatasi sekat
agama, suku, bahasa dan golongan.
Indikator
keberhasilan moderasi beragama dapat dilihat ketika;
- Komitmen kebangsaan. Penerimaan terhadap prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi UUD 1945 dan regulasi di
bawahnya.
- Toleransi.
Menghormati perbedaan dan memberi ruang orang lain untuk berkeyakinan,
mengekspresikan keyakinannya dan
menyampaikan pendapat menghargai
tradisi, kesetaraan dan sedia bekerjasama.
3.
Anti
kekerasan. Menolak
tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan
cara-cara kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, dalam mengusung
perubahan yang diinginkan
4. Penerimaan terhadap tradisi. Ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal dalam
perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama
Cara memperlakukan pesan penting moderasi beragama tidak cukup bila hanya dipromosikan, melainkan perlu ditekankan sebagai aksi bersama seluruh komponen bangsa baik pemerintah maupun kelompok agama agar ekstremisme dan kekerasan atas dasar kebencian kepada agama dan suku yang berbeda bisa ditekan dan dihilangkan.
Bapak Y.Nursetiyawan selaku Ketua Timpel Kerawam mengatakan bahwa kegiatan sarasehan ini sebagai tindak lanjut hasil pertemuan Komsi PK3 Kevikepan Yogyakarta Barat, bulan Juni dan Agustus 2022. Sarasehan dihadiri oleh 62 utusan aktivis kemasyarakatan (Pengurus RT,RW,Dukuh, dll) dari lingkungan-lingkungan, Ketua Bidang Kemasyarakatan bapak H.Sudarto, Ketua Timpel HAK (Hubungan Agama dan Kepercayaan bapak Athanasius Supardi dan Ketua Timpel KPKC (Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan) ibu Regina Tutik. (swar)
Posting Komentar untuk "JANGAN MUDAH TERINTIMIDASI DAN TETAP CERDAS"