Rama Al.Budyapranata, Pr sejatinya komunikator |
Saya mengenal Rama Budya di Paroki Bintaran masih sering memakai celana pendek, jadi kadang pakai celana panjang kadang pakai celana pendek. Rama Budya dengan Honda 90 Z, kala itu sering mengajak mengajar agama di daerah Mantub, Kotagede dan sekitarnya. Rama masih muda kalau tidak salah sejak tahbisan beliau diperbantukan di Bintaran, dengan Rama Blasius Pujaraharja (Mgr, Uskup Emiritus Ketapang), sebagai Rama Paroki. Sebagai rama pembantu di Paroki Bintaran Rama Budya juga disampiri tugas menjadi Delegatus Komunikkasi Sosial untuk Kevikepan DIY merangkap koordinator di Keuskupan Agung Semarang. Saya lupa yang di Kevikepan Semarang dan Kevikepan Kedu, yang kuingat ada juga Delegatus Kopmunikasi Sosial di Kevikepan Surakarta, yaitu Rama PC.Martoyo.
Sebagai pastor pembantu paroki
dan Delegatus Komunikasi Sosial Rama Budya lebih banyak tugasnya di Komsos. Di
paroki Rama Budya mengembangkan Komsos Paroki dengan mengembangkan majalah
paroki yang Bernama LOBIN (Lonceng Bintaran), tidak tahu persis kapan LOBIN terbit
sebelum atau pada saat Rama Budya, tetapi LOBIN eksis sebagai majalah paroki.
Sampai sekarang teman-teman LOBIN masih sering berkumpul meskipun majalah sudah
tidak ada. Ada rama penerus yang mendampingi majalah LOBIN yang masih setia
berkumpul dengan crewnya yaitu Rama R.Hadiyanto dan Rama V.Kirjito. Kumpul terakhir
pada Minggu 2 Juli 2023, di tempat mbak Andra, sekaligus 100 hari mas Agus crew
LOBIN yang meninggal.
Sebagai Delegatus Komunikasi
Sosial Rama Budya mengembangkan pelayanan di Media Komunikasi Sosial, Sanggar, Multi
Media Training Center, Kursus Persiapan Berkeluarga, Kunjungan Keluarga.
1. Pelayanan
Media Komunikasi Sosial
Pelayanan media
komunikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu pelayanan siaran mimbar agama di
televisi, radio dan pers. Pelayanan mimbar agama di televisi pernah
dilaksanakan 2 x sebulan dan 1 x sebulan. Bentuknya bisa sandiwara televisi,
mimbar renungan, campuran mimbar fragmen dan lagu Rohani. Pokoknya siaran
dibuat menarik bagi pirsawan. Siaran mimbar televisi melibatkan paroki-paroki,
anak-anak muda (khususnya di Paroki Bintaran) untuk peran serta. Alhasil banyak
yang direkrut menjadi penyiar televisi Yogyakarta. Anak-anak muda senang
sekali, diajak tanpa bayaran, bahkan mereka cucul demi pelayanan mimbar agama
katolik. Pelayanan kedua adalah mimbar agama katolik di radio. Waktu itu ada RRI
dan Radio Swasta. Renungan ada yang 15 menit ada yang 30 menit. Untuk memperlancar
itu semua, Rama Budya mengembangkan studio rekaman yang ada di Bintaran (tidak
tahu nasibnya sekarang). Studio itu dibangun dengan uang yang tidak sedikit.
Studio lengkap dan memenuhi standard untuk rekaman suara televisi maupun radio.
Ketiga adalah pelayanan media pers, dengan menulis renungan di media surat
kabar. Waktu itu Rama Budya menulis setiap minggunya di Haria Berita Nasional,
dan saya sebagai stafnya menulis setiap bulannya di Buletin Sosial Surabaya. Ada
3 penerbitan di Yogyakarta, yaitu Kedaulatan Rakyat, Berita Nasional dan Masa
Kini. Untuk media pers Rama Budya mengumpulkan penulis dan wartawan Katolik di
setiap Hari Komunikasi Sosial.
2. Sanggar
Swaratama
Rama Budya juga
mengembangkan Sanggar Swaratama untuk mengembangkan dunia pentas (teater dan
lainnya). Dua pentas yang mengesan di anak-anak yang mendukungnya waktu itu
adalah pentas Pangera Bintaran dan Naratama.
3.
Multi Media Training Center
Bagian ini
merupakan bagian terpenting menurut Rama Budya, karena mencari bibit-bibit
komunikator dan pewarta sabda di media komunikasi. Ada tiga macam yaitu
training untuk programa radio, program televisi dan jurnalistik. Sebenarnya
program ini sudah klop dengan sarananya. Program radio dan televisi ada tempat
praktek dan jadi siaran yang bisa ditayangkan. Hanya untuk media pers para
peserta harus menyalurkan sendiri. Tetapi ada waktu itu ada tempat intuk
menyalurkan tulisan yaitu di Majalah Peraba dan Hidup.
4. Kursus
Persiapan Perkawinan
Kursus Persiapan
Perkawinan itu pada awalnya untuk 7 paroki di Kota Yogyakarta. Diadakan secara
bergiliran dari paroki ke paroki. Paroki Bintaran, Kotabaru, Baciro, Jetis, Kemetiran,
Pugeran dan Kiduloji. Kursus dilaksanakan
5 sore dengan materi-materi yang disiapkan. Dibentuk bersama waktu itu
Komsos, RS.Pantirapih, Sanata Dharma, Akademi Kewanitaan Tarakanita dan Bimas
Katolik. Maka narasumber diambilkan dari masing-masing Lembaga. Kesehatan dari
Pantirapih, prosedur perkawinan dari Bimas
Katolik, Psikologi Keluarga dari AKS Tarakanita, ekonomi dari Sanata Dharma. Setelah
berjalan bergiliran, lalu menetap dan dibuka untuk Kevikepan DIY. Pernah
menetap di AKS Tarakanita, Kiduloji, Bintartan dan terakhir di OMI Condongcatur.
Kursus Perkawianan ini berakhir ketika Covid-19, dan sekarang kursus perkawinan
sudah diselenggarakan di masing-masing paroki.
5. Kursus
Kunjungan Keluarga
Kunjungan keluarga
juga menjadi perhatian Rama Budya, maka beliau juga mengembangkan kunjungan
keluarga. Sayang kunjungan keluarga ini tidak berlanjut. Ada modul untuk kunjungan keluarga yang
diterbitkan untuk belajar berkunjung.
Gereja Muda
Rama Budya juga dekat dengan anak muda, pada waktu itu beliau mengadakan ekaristi kaum muda, dengan lagu-lagu khas anak muda. Buku Nyanyian Gereja Muda dicetak (sayang nyari arsipnya gak ketemu).
Dari cerita singkat ini, saya mau
menarik benang merah, bahwa Rama Budya adalah sejatinya komunikator. Beliau
menjadi pewarta sabda di media sosial (teve, radio dan pers) sejak saya kenal
sampai beliau wafat. Ketika ia berpindah tugas, baik ke Purwokerto dan Suriname
sekalipun, masih menggeluti pewartaan dengan media khususnya video dan
penerbitan buku. Keprihatinan beliau adalah ketika harus mencetak
komunikator-komunikator melalui Multi Media Training Center. Beliau
mengungkapan betapa kemajuan tehnologi komunikasi yang akan datang, dan itu
harus “ditangkap” oleh gereja. Kalau tidak kita akan tergilas oleh arus
komunikasi yang deras, menembus tembok-tembok tebal.
Selamat jalan Rama Al.Budyapranata, Pr ke Rumah Bapa, menjadi pendoa bagi kami.
A.Gandung Sukaryadi
Kursus Perkawinan
Kursus Kunjungan Keluarga
Posting Komentar untuk "Rama Budya sejatinya komunikator"