Dr.G.Sri Nurhartanto, SH., L.LM menerima buku Pendidikan Khas Kejogjaan dari Kepada Dinas Pendidikan dan Olahraga
Bertempat
di Audotorium Universitas Atmajaya Unit 2, Senin 6 Mei 2024, dilangsungkan
diskusi dan launching buku Pendidikan Khas Kejogjaaan. Acara ini diinisiasi
oleh Universitas Atmajaya bersama dengan Dewan Pendidikan Yogyakarta. Dalam diskusi ini menghadirkan narasumber yang
sekaligus parfa penulis buku: Prof.Dr.Sutrisna Wibawa, M.Pd, Prof.Dr.Suwarno
Dwijanagoro, M.Pd, Prof.Dr.Ir.C.Daniswara, MSc, Dr.Y.Agus Tridiatno, MA, sebagai
moderator Dr.B.Wibowo Suliantoro, M.Hum. Hadir memberoi sambutan Prof.Setyabudi
Indartono, MM, PhD (Kepala L2DIKTI5) dan Dr.G.Sri Nurhartanto, SH.,L.LM (Rektor
Universitas Atmajaya Yogyakarta).
Pendidikan
Khas Kejogjaan, mengambil nilai-nilai budaya dari Yogyakarta, antara lain:
Sumbu Imajiner, dari Panggung Krapyak, kraton dan Tugu Golong Gilik yang
merupakan symbol lingga dan yoni serta sudah ditetapkan menjadi warisan dunia
oleh UNESCO 18 September 2023 di Arab Saudi dan sertifikatnya diterima KGPAA
Paku Alam X, 25 April 2024. Dengan demikian kita harus tetap mempertahankan dan
melestarikan serta mengaktualisasikan. Dasarnya adalah Undang-undang
Keistimewan, Perda Tatanilai Keyogyakartaan dan pidato Sri Sultan Hamengku
Buwana X ketika mendapat gelar doktor kehormatan dari Univ.Negeri Yogyakarta.
Ada
nilai luhur yang tidak boleh dilupakan dan menjadi sentrum yaitu “memayu
hayuning buwana”. Merawat, memelihara dan memperindah dunia yang sudah indah
ini menjadi lebih indah. Ada 3 hal yang mendukung adanya visi “memayu hayuning
buwana” yang digagas oleh Sultan Hamengku Buwaana I, yaitu: “sangkan paranning
dumadi, sumbu imajiner dan manunggaling kawula Gusti”. Sangkan paraning dumadi,
ingat aka nasal dan tujuan hidup, yaitu Tuhan. Setiap orang harus berjuang,
merefleksikan diri untuk menemukan dan mewujudkan jatidirinya sebagai ciptaan
Tuhan. “Rahayuning manungsa dumadi karna kamanungsan”
Manunggaling
kawula Gusti bisa menjadi dua hal yaitu manunggalnya kawula (rakyat) dengan
raja, atau manunggalnya manusia dengan Sang Pencipta. Diri manusia itu suci,
karerna Hyang Illahi berada di pusat dirinya. Sedangkan memayu hayuning buwana,
mempercantik cantiknya dunia, bukan hanya imperative, tetapi afrimasi/pengakuan
bahwa setiap ciptaan di alam semesta ini cantik, indah dan mempercantik dan
memperindah.
Dr.G.Sri Nurhartanto, SH.,L.LM, menjelaskan dalam sambutannya bahwa Universitas Atamajaya sudah mengimplementasikan Pendidikan Khas Kejogjaan kepada mahasiswanya.
Di
Yogyakarta ada 105 perguruan tinggi swasta dan perguruan tinggi negeri ada UGM,
UPN, UNY, UIN dan ISI. Ini menjadi sarana tempat pembelajaran yang penting dan
urgen untuk Pendidikan Khas Kejogjaaan ini. Bukan menjadi mata kuliah dan mata Pelajaran
sendiri, tetapi bisa diintegrasikan, adisi atau insersi.
Pendidikan
Khas Kebudayaan tidak akan menggusur Pendidikan nilai yang lain, tetapi
melengkapi, menjadi plusnya pendidikan di Yogyakarta. Pendidikan tidak boleh dilepaskan
dari kebudayaan, menyeimbangkan watas dan otak. Bukan ingin Jawanisasi, tetapi
menawarkan budaya dan nilai-nilai. Pendidikan Khas Kejogjaan mau menuju pada “janma
kang utama”. Kita boleh berfikir global tetapi budaya tetap harus dijunjung
tinggi. Sebagai tindak lanjut dari Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY akan
mengadakan Bimtek, demikian juga untuk yang perguruan tinggi.
Posting Komentar untuk "DISKUSI DAN LAUNCHING BUKU PENDIDIKAN KHAS KEJOGJAAN"