Ketulusan dan totalitasmu semoga menjadi teladan bagi kami
Yohanes
Suwalji, teman-temannya akrab memanggil Kang Walji, sosok yang dikenal dimana-mana,
orangnya supel, tidak canggung bergaul dengan siapa saja, tua muda, berpangkat atau
jalanan, kaya atau miskin. Dia tidak mempersoalkan agama orang apa, tetap
disapa. Sebagai orang Katolik ia sungguh aktiv terlibat dalam karya kerasulan
kemasyarakatan di DIY. Ia meninggal pada hari Jumat 3 Mei 2024, sembilan tahun
setelah sakit, dan jatuh sakit pada hari Jumat Agung 9 tahun lalu. Kang Walji
banyak sekali hadir dan berkiprah sebagai Masyarakat Katolik DIY.
Berawal
dari Pemuda Katolik Komisariat Kotabaru dan Komisariat Cabang Kota Yogyakarta
waktu itu. Kang Walji terus menggeluti Pemuda Katolik. Setelah menjadi alumni
pun tetap mendampingi adik-adiknya berkiprah. Berkali-kali mengikuti Konggres
Pemuda Katolik, terakhir Konggres Pemuda Katolik IX di Jakarta.
Kang Walji (kiri) saat bersantai dengan kaum muda
Masih
di Pemuda Katolik, dalam keterlibatannya pada kaum muda Katolik secara nyata. Tahun
1971 dimana muncul Mudika (Muda-mudi Katolik) di paroki, ia pun ikut
mendampingi dengan bergabung di K3AS (Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung
Semarang). Pada waktu itu bersama dengan rekan Pemuda Katolik yang lain, yaitu
Ignatius Sumantri, V.Sukardjo, Antonius Sunarto. Pada saat itu Ketua Komisinya
rama Ignatius Jono Wasono, Pr. Banyak kesan dari anak-anak muda tahun 1980 –
1990 yang ikut KASIS (Kaderisasi Basis). Kaderisasi Basis diadakan oleh K3AS
untuk Mudika Paroki, diselenggarakan setiap malam minggu berturut-turut bertemu,
dan menginap. Jadi Sabtu-Minggu menginap di paroki-paroki berturut-turut,
kemudian ditutup dengan retret. KASIS menjadi model pembinaan dan pendampingan
kaum muda paroki. Sekarang banyak aktivis hasil dari KASIS.
Kang Walji bersama mas Wiyanjono dan mas Suryadi
Selain
aktiv di gereja ia aktiv di berbagai tempat, seperti FKUB (Forum Persaudaraan
Umat Beriman). Ia ikut merintis pendiriannya, bersama Rama Suyatno (alm),
YB.Han Supatman (alm), dr Jatmiko (alm) Kyai Muhaimin, Pdt.Bambang Sumbodo dll.
Aktiv di Sekber Keistimewaan, dan ia salah satu yang mendapat penghargaan dari
Sultan Hamengku Buwana X, atas keaktivannya di Sekber Keistimewaan. Dalam FPUB
ia menjadi dekat dengan para Penghayat Kepercayaan termasuk para pengurusnya. Ia
dikenal totalitasnya yang sangat tinggi, kalau sudah sanggup apapun dijalani. Dengan
sepeda motornya, hujan, siang malam semua diterabas kalau sudah sanggup
Pernah
kami bertiga meditasi di Kapel Pantirapih, mohon petunjuk untuk mengatasi
masalah besar yang akan membawa dampak buruk bagi umat Katolik di DIY. Tiga
orang itu yang satu mendapat petunjuk, mas Walji dan saya tidak. Petunjuk
dibahas bertiga, dan saya yang menterjemahkan petunjuk tersebut, mereka berdua
setuju dengan terjemahan saya. Akhirnya kami berbagi tugas, yang satu mendapat
petunjuk, yang satu menterjemahkan petunjuk, yang satu mengerjakan petunjuk,
dan itu Kang Walji. Ia pun setuju dengan pembagian tugas tersebut. Masalah
tertatasi dengan baik dan legalah kami bertiga.
Ada
kesan bahwa Kang Walji adalah teladan Tokoh Pemuda Katolik yang humanis, enthengan,
sewaktu-waktu membela kelompok-kelompok atau perorangan yang termarjinalkan oleh
kekuasaan. Ia juga membela kelompok Masyarakat suku Samin di daerah Pantura
Jawa Tengah yang akan digusur untuk pengembangan pabrik semen. Dengan Kawula
Mataramnya mempelopori aksi demo dengan pendekatan budaya, dengan mubeng
beteng, dan bentuk-bentuk aksi budaya lainnya.
Kang
Walji dengan beberapa teman setia melakukan diskusi malem Senindi rumah mas Ignatius
Sumantri, untuk membicarakan dan mendiskusikan banyak hal tentang
peristiwa-peristiwa social. Bagi mas Astoko Datu, mas Walji adalah pribadi yang
berprinsip, rada ngeyelan tetapi rendah hati. Menghormati senior-seniornya, mas
Astoko, mas Wiyanjono, mas Mantri, mas Sabdono dll.
Kang Walji (tengah) John S Keban (kiri), FX.Subardi (no,2 dari kiri), Wahyuni dan Gandung
Mas
Antonius Sunarto temannya sesame di Pemuda Katolik mengatakan: “Saya mengenal mas
walji dan keluarganya hampir 50 th. Pribadi yang konsisten, peduli, pemberani,
sehat, tanpa pamrih, spiritualitas kuat/tinggi, relasi luas, sederhana.
Berdasar banyak pertimbangan pernah kita usulkan dianugerahi penghargaan oleh
"gereja" tetapi sayang kandas
dengan alasan kurang luas/berbobot dll. Kadang-kadang saking aktifnya
seringkali melupakan tugas utamanya demi orang lain. Pendidikan memang tidak
tinggi, tetapi cara berpikirnya tidak kalah dengan S1. Sulit mencari gantinya yang
sekelas dengan almarhum. Semoga jejaknya selalu diingat oleh para generasi
penerusnya biarpun situasi/kondisinya berbeda. Keistimewaannya dia itu waktunya
hampir 15 jam dalam sehari untuk orang lain.”
Beliau
meninggal Jumat 3 Mei 2024, pukul 12.40 WIB di rumah duka Panembahan PB.2/147
Kraton Yogyakarta. Meninggalkan isteri mbak Mst.Endang Prihatiningsih, anak
Maria Madona Prima Hapsari, dan Yohanes Prasena Yudhistira, menantu Paryati,
dan cucu: Kenedy Fagus Pradana dan Dharma Bumi.
Posting Komentar untuk "Yoh.Suwalji, Ketulusan danTotalitas "