Rama Y.B. Mangunwijaya, Pr
Secuil
keteladanan lebih berarti dari pada segudang nasehat. Itulah salah satu kata-kata
yang keluar dari Rama Y.B. Mangunwijaya, Pr dan dikutip oleh Dr. Drs.B.Archadius
Benawa, M.Pd dalam webinas Sabtu, 1 Juni 2024. Webinar untuk memperingati hari
lahir Pancasila, yang diselenggerakan oleh Uninersitas Atmajaya Yogyakarta,
ISKA DPD DIY dan IKAFITE (Ikatan Alumi Filsafat Teologi). Kita bangsa Indonesia
yang memiliki nilai-nilai luhur Pancasila ini membutuhkan tokoh panutan yang
konsisten sepanjang hidupnya
mempraktikan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen. Kehidupan dan karya
Romo YB. Mangunwijaya kiranya merupakan salah satu tokoh yang patut diteladani
ke-Pancasila-annya.
Dalam
hidup dan karya Romo Mangun nilai-nilai Pancasila tidak hanya berhenti
dalam wacana di altar suci, tetapi membumi ke “tlatar wong cilik”. Nilai-nilai keutamaan moral
Pancasila yang hadir dalam kehidupan dan karya Rama Mangunwijaya perlu
diteladani untuk penguatan fondasi Pancasila . Dalam kegetiran hidup bangsa
yang serasa diinjak-injak oleh penjajah meski Indonesia sudah merdeka, Romo
Mangun waktu itu lebih memilih bergabung menjadi Tentara Pelajar. Pada masa
Revolusi fisik pada tahun 1945 Y. B. Mangunwijaya bergabung sebagai prajurit
TKR Batalyon X divisi III dan bertugas di asrama militer di Vrederburg, lalu di
asrama militer di Kotabaru, Yogyakarta. Rama Y.B.Mangunwijaya sempat ikut dalam
pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen.
Bangunan arsitektur di bantaran Sungai Code yang dibangun Rama Y.B.Mangunwijaya, Pr
Setahun
kemudian, beliau kembali melanjutkan sekolahnya di STM Jetis dan bergabung
menjadi prajurit Tentara Pelajar. Setelah lulus pada 1947, Agresi Militer
Belanda I melanda Indonesia sehingga Y. B. Mangunwijaya kembali bergabung dalam
TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi Kedu. Di masa ini, Ia pernah bertugas
jadi pengantar makanan komandan batalion Mayor Soeharto (yang kemudian jadi
Presiden ke-2 RI) di front Mranggen, Semarang.
Salah
satu momen yang mengubah hidupnya adalah pidato dari Mayor Isman ketika dia
bersama rekan-rekan prajurit disambut bak pahlawan oleh masyarakat Malang. Penolakan
dari komandan batalion Tentara Rakyat Indonesia Pelajar (TRIP), Mas Isman,
dalam pidatonya sebagai berikut, “Kami bukan pahlawan. Kami telah membunuh,
membakar, merusak, tangan kami penuh darah. Yang pantas disebut pahlawan adalah
rakyat yang terjajah dan teraniaya. Maka jangan mengelu-elukan saya, lebih baik
perhatikan anak-anak muda ini, yang bisa berguna nantinya.
Karya
lain dari Romo Mangun adalah menjadi
dosen luar biasa di Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada selama 13
tahun (1967-1980). Selepas menjadi dosen di UGM, Ia tetap berkarya sebagai
seorang arsitek independen. Sebagai Arsitek Romo Mangun dijuluki sebagai Bapak
Arsitektur Modern Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya
adalah Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur, yang merupakan penghargaan
tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, dan untuk rancangan
permukiman di tepi Kali Code, Yogyakarta dipuja oleh Emil Salim.
Ia
juga menerima The Ruth and Ralph Erskine Fellowship pada tahun 1995 sebagai
bukti dari dedikasinya terhadap wong cilik. Hasil jerih payahnya untuk mengubah
perumahan miskin di sepanjang tepi Kali Code mengangkatnya sebagai salah satu
arsitek terbaik di Indonesia.
Sebagai
catatan, rumah-rumah penghuni pinggiran kali Code tersebut kebanyakan dibangun
oleh Romo Mangun menggunakan dana sendiri bukan berasal dari dana LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat). Menurut Erwinthon P. Napitupulu, penulis buku tentang Romo
Mangun yang diluncurkan pada akhir tahun 2011, Romo Mangun termasuk dalam
daftar 10 arsitek Indonesia terbaik. Penghargaan arsitektur dari Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) untuk tempat peziarahan Sendangsono
Karya
arsitektur Romo Mangun: Altar dan tabernakel di Gereja Pertapaan Santa Maria
Rawaseneng. Sebuah karya ukiran kayu yang dirancang oleh Romo Mangun
mengelilingi tabernakel; Bunda Maria yang mengatupkan tangan terukir di
atasnya. Permukiman warga tepi Kali Code, Yogyakarta. Kompleks Religi
Sendangsono, Yogyakarta, Gedung Keuskupan Agung Semarang, Gedung Bentara
Budaya, Jakarta, Gereja Katolik Jetis, Yogyakarta, Gereja Katolik Cilincing,
Jakarta, Markas Kowihan II dan Biara Trappist Gedono, Getasan, Salatiga.
Dari Dr. Drs. Bernadus Wibowo
Suliantoro, M.Hum, membawakan materi “Nilai – Nilai Keutamaan Moral Rama Y.B
Mangunwijaya Sebagai Penguatan Fondasi Filosofi Pancasila” Dalam uraiannya
dikatakan bahwa Pancasila merupakan kumpulan 5 nilai keutamaan moral asasi yang
diyakini dan dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Eksistensi 5 nilai
keutamaan moral “ Sein im Sollen” & “Sollen im Sein”. Nilai-nilai
keutamaan moral perlu diinternalisasikan kedalam segenap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Salah satu metode untuk
menginternalisasikan nilai-nilai moral dengan menggunakan keteladanan. “Secuil
keteladanan lebih berarti dari pada segudang nasihat” Di Indonesia sangat terbatas figure atau tokoh
yang dapat diteladani untuk digunakan sebagai Role Model. Hidup dan karya serta
pelayanan Rama Y.B. Mangunwijaya dapat dijadikan sebagai salah satu inspirasi
dan alternatif.
Anak-anak Sekolah Mangunan merepresentasikan hasil karyanya
Rama
Dr.CB.Mulyatno, Pr telah memberikan contoh-contoh karya Rama Y.B.Mangunwijaya dalam
dunia Pendidikan. Dalam karya Pendidikan karya Rama Y.B.Mangunwijaya
mengintegrasikan 3 pilar utama Pendidikan yaitu rumah-sekolah-masyarakat. Karya
peninggalan Rama Y.B.Mangunwijaya yang masih hidup yaitu Dinamika Edukasi yang
mengintegrasikan 3 pilar Pendidikan. Anak tidak dijejali dengan hafalan-hafalan
tetapi diajak memperlajari hidup. Mereka mengenali lingkungan hidupnya, berinteraksi
dan menemukan inspirasi atau permasalahan dan menyelesaikan.
Dari webinar ini peserta berpendapat atas hidup, karya dan pengabdiannya pantas kalau Rama Y.B.Mangunwijaya, Pr dianugerahi sebagai pahlawan nasional. Webinar dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila tersebut menampilkan narasumber Dr.Drs.Bernadus Wibowo Suliantoro, M.Hum, Rama Dr.CB.Mulyatno, Pr dan Dr.Drs.Acadius Benawa, M.Pd serta dimoderatori Dr.Imma Indradewi SH, M.Hum.
Posting Komentar untuk "Ke-Pancasila-an Dalam Hidup dan Karya Rama Mangun"