Peserta latihan meditasi |
Sabtu, 20 Juli 2024. Sebanyak 20 ASN, Pengajar Keagamaan Katolik, Tim Liturgi mengikuti Rekoleksi Training of Trainer dan Loka Karya Bidang Persaudaraan Seksi Pendidikan yang diketuai oleh Dominikus Supandri dalam sambutanya beliau menegaskan pentingnya Tugas Seksi Pendidikan Melaksanakan tata pelayanan pastoral-evangelisasi pendidikan Katolik di Lembaga Pendidikan Katolik dan Ikatan Insan Pendidikan Katolik yang bekerja/belajar di Lembaga Pendidikan Non Katolik di Wilayah Paroki Salib Suci Purwakarta. Membangun kerjasama dengan insan pendidikan di Lembaga Pendidikan Katolik dan Non Katolik di Wilayah Paroki dalam rangka mengembangkan iman katolik karyawan negeri/swasta. Mengkoordinir kegiatan bersama baik guru dan siswa-siswi katolik yang bersekolah di Lembaga Pendidikan Katolik dan Non Katolik di Wilayah Paroki Salib Suci Purwakarta.
Rekoleksi di mulai dengan misa pagi, dilanjutkan dengan Meditasi Maranatha “Maranatha” Dalam Meditasi Katolik Meditasi spiritual Katolik “Maranatha yang berarti datanglah Tuhan merupakan kata yang digunakan oleh Santo Paulus untuk mengakhiri surat pertama kepada umatnya di Korintus (1 Kor 16:22) dan kata ini juga digunakan oleh Santo Johanes untuk mengakhiri bab Wahyu (Why 22:20),” jelas Romo Narto. Lebih lanjut, Romo Narto menjelaskan beberapa langkah meditasi Katolik yang benar yaitu: 1. Posisi duduk diam di kursi atau di lantai dengan punggung tegak. 2. Kedua telapak tangan dengan posisi mengatup atau terbuka diletakan di atas kedua.3. Menutup mata dan focus. 4. Mengucapkan Maranatha dalam hati secara terus menerus. Selanjutnya meditator yang telah menekuni meditasi tersebut membagi tips untuk sebuah meditasi yang berkualitas dan efektif.
Dikatakannya, sebuah meditasi yang berkualitas dan efektif harus dilakukan melalui pilihan waktu dan tempat yang tenang dan hening dan dilakukan dua kali sehari pada waktu pagi dan malam dengan durasi waktu untuk satu kali meditasi adalah 20-30 menit. Ia menjelaskan, maranatha harus diucapkan dengan tidak tergesa-gesa dan diucapkan sebagai empat suku kata ma-ra-na-tha selama meditasi. Sesi berikutnya dibawakan oleh Yohanes Tulus Kusbiantoro Training Or Trainer dengan semangat beliau menjelaskan peran keluarga dalam pelayanan. Loka Karya dibawakan oleh Agustinus Balapira Kolon, S.Kom tentang Komunikasi dua Arah dalam pelayanan dan Sahring dari Desy Lilipaly dan Natalia Setia Mulyati, Kristina.
Rekoleksi yang dibawakan Oleh Romo Narto sungguh luar biasa Pendidikan formal sudah berlangsung berabad-abad. Indonesia pun memiliki sejarah panjang dalam pendidikannya. Tercatat bentuk terdahulu sekolah di Indonesia adalah kadewaguruan pada era kerjaan-kerajaan Hindu-Budha, lalu bertransformasi menjadi pesantren, dianyam sedemikian rupa oleh bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menjadi taman siswa sebagai prototipe awal sekolah modern. Cita-cita mulia dalam memerdekakan bangsa mendorong lahirnya trisakti pendidikan Indonesia yakni; “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Ki Hajar Dewantara menyederhanakan ketiganya menjadi cipta, karsa, karya.Pendidikan sebagai tonggak utama dalam proses perkembangan manusia, di mana cipta, karsa dan karya menjadi penanda pada setiap perkembangannya. Peserta didik di sekolah memperlihatkanya dalam perkembangan nalar logika, penerapan etika dalam rasa, dan pencapaian pengetahuan dalam bentuk karsa pada karya-karya mereka.
Pada bagian perkembangan nalar logika, peserta didik diajak untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan analitis. Proses pembelajaran berjalan sebagai proses pengenalan, pemahaman, dan aplikasi. Aspek logis berperan dalam mentransformasi data dan fakta yang didapatkan peserta didik menjadi informasi.
Pada bagian perkembangan etika, peserta didik dibimbing mengaitkan informasi-informasi yang didapat dari olah logika dengan nilai-nilai yang terdapat dalam lingkungannya. Proses ini melibatkan dan mengajak peserta didik untuk berinteraksi antarindividu dalam menghormati, menghargai, dan memahami satu sama lain serta lingkungannya. Etika dalam perkembangan peserta didik memastikan bahwa ilmu yang diperoleh tidak hanya bermanfaat secara intelektual, tetapi juga membentuk rasa dalam karakter yang baik dan etis.
Pada bagian perkembangan estetika, peserta didik mencari relasi dari setiap informasi yang telah didapatkan. Penemuan relasi-relasi ini menghasilkan transformasi dari informasi menjadi pengetahuan yang terjadi di dalam diri peserta didik. Mereka belajar untuk melihat lebih dari sekadar fakta dan angka-angka, tetapi juga menyelami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap informasi. Melalui karsa dalam penciptaan karya-karya, mereka dapat memahami bahwa pengetahuan bukanlah hanya sekumpulan data, melainkan juga kebijaksanaan yang dapat membentuk jati diri mereka.
Saat peserta didik mencapai semua perkembangannya, mereka dapat mengembangkan bakatnya dan menghasilkan karya-karya yang tidak hanya mencerminkan kebijaksanaan intelektual, tetapi juga estetika dalam penyampaian ide. Penggabungan nalar logika dan etika dalam rasa menghasilkan kreativitas sebagai karsa yang dapat dicerminkan melalui bakat-bakat yang muncul dalam diri. Mereka belajar tidak hanya untuk memberikan jawaban yang benar, tetapi juga untuk menggali bakat serta menemukan solusi yang inovatif dan karsa dalam membangun karya yang mencerahkan.
Berkembangnya peserta didik menjadi titik kebahagiaan setiap guru yang telah membimbingnya, terutama orang tua yang telah mendukung dalam memberikan fasilitas tersebut. Proses perkembangan dari cipta logika, etika dalam rasa hingga karsa dalam karya-karya dengan nilai-nilai estetika adalah poin kunci dalam trisakti pendidikan yang diramu oleh bapak pendidikan Indonesia dan dihadirkan Sekolah Taruna Bangsa dalam mengasah otak mengolah bakat peserta didik di sekolah. Penuli Yohanes Baptis
Posting Komentar untuk "TOT Persaudaraan "