Temu Kebatinan Yogya

Para peserta Temu Kebatinan Yogya, ada dari Sragen, Sala, Klaten dan DIY

Mengambil tempat di Krida Manunggal Budaya Sleman, Temu Kebatinan Yogyakarta menyelenggarakan rekoleksi bersama, dengan tema Mencari Surga atau Mencari Tuhan? Rekoleksi diselenggarakan pada Sabtu-Minggu 5-6 Oktober 2024. Ada tiga narasumber yaitu Rama M.Joko Lelono, pr dengan topik “Mengagumi Kehidupan Yesus”; Bagus Suratyo dengan topik “Rekonsiliasi Batin” dan Rama Fl.Hartasubana, Pr dengan peneguhannya yang mengambil Injil Matius 6:33 dan meditasi oleh Bagus Sri Raharjo. Sebelum acara dimulai dikumandangkan Kitab Suci dengan macapat oleh bapak Herman.

Dalam paparannya Rama Joko Lelono mengajak untuk melihat kehidupan masa kini yang penuh dengan “serba cepat dan serba harus jadi”. Orang dituntut misalnya “orang sukses harusnya punya mobil A, punya isteri nan cantik dengan tas merk tertentu ”Kerja langsung menjadi Direktur atau apa dan tidak melalui tahapan”. Situasi dituntut oleh dunia luar yang menjerumuskan orang kepada pilihan-pilihan dangkal hidupnya. Orang kehilangan ruang untuk mengambil keputusan bijak. Dalam beberapa kesempatan hal ini menjerumuskan orang kepada gaya hidup yang tidak sehat.

Kemudian rama Joko mengajak melihat pola hidup Yesus yang selalu berdoa sebelum dan sesudah beekerja, bahkan Yesus mengajak berdoa di tempat yang sepi sesudah melakukan pekerjaan seharian. Yesus hidup dalam tradisi hening. Dalam keheningan yang menjadi tradisi, Yesus menemukan:

-          Keheningan, ”Pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke tempat yang sunyi, lalu Dia berdoa di sana” (Mrk.1:35). “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah” (Luk.6:12),

-          Memiliki ruang untuk berbelas kasih

“Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka” (Mat.14:14). Selanjutnya ada memiliki nilai-nilai hidup, tidak terseret arus jaman dan mengagumi kehidupan.

Dalam tanggapannya Gandung Sukaryadi dari Klepu, juga mengajak kembali ke tradisi keluarga Katolik yang sudah dituliskan dalam Puji Syukur No.8: Berhimpun pada hari Minggu; Membaca Kitab Suci; Melaksanakan Ibadat Harian; Berdoa Bersama dalam keluarga; berdoa secara pribadi; terlibat dalam kehidupan jemaat setempat (lingkungan-wilayah-stasi); terlibat dalam Masyarakat; berpuasa dan berpantang; memeriksa batin, mengaku dosa dihadapan Imam.

Sessi kedua adalah Bagus Suratyo yang memberikan topik “Rekonsiliasi Batin”. Dalam diri manusia ada “ruang perjumpaan roh” yang disebut batin, letaknya ada dalam dada, berbentuk Cahaya. Setiap manusia yang mengaktifkan  batinnya cenderung memiliki kesadaran terhadap peristiwa apapun. Proses batin menjadikan manusia peka terhadap firman Allah lewat sehari-hari. Proses kebatinan membantu manusia dala menata hidupnya dan menjadikan iman kepada Tuhan sangat tebuh dan terang benderang. Karena itu memiliki iman yang benar lewat proses rekonsiliasi batin akan menjadi manfaat bagi sesame. Dengan demikian gereja sebagai komunitas keluarga besar, umat Katolik menjadi wadah manusia yang menjalankan kasih dan memiliki kepedulian kepada semua titah yang diciptakan. Ada relasi kedekatan dengan Allah, sesamanya dan seluruh alam ciptaan.

Sedangkan Bagus Sri Raharjo dengan meditasinya dan rama FL.Hartasubono, kecuali meneguhkan juga menutup dengan parayaan Ekaristi. Dalam perutusannya dikatakan “carilah dahulu Kerajaan Surga maka semuanya akan digenapi”

 

Posting Komentar untuk "Temu Kebatinan Yogya"