POKMAKICI (Kelompok Macapatan Kitab Suci) mengantar Eyang Christ Mendapat Penghargaan MURI.

Eyang Christ (duduk no.3 dari kanan) berdampingan dengan Prof.Dr. KP. Jaya Suprana
saat menerima anugerah MURI

Eyang Christ demikian beliau akrab dipanggil, namun nama lengkapnya adalah Drs.Christ Srie Harinto, S.Sn.,MM. Lahir di Banyuwangi 12 Juni 1943, beristerikan RA.Ch.Setyani Savitri (sudah meninggal), dan dikaruniai 6 anak (3 laki-laki, 3 perempuan), dan cucu sudah 11 anak. Seorang Veteran Purnawirawan Prajurit Marinir TNI AL, pensiun tahun 1992. Tinggal di Perum BSI Jl.Berlian No.9 Pengasinan Sawangan Depok Jawa Barat. Sejak kecil hidup dalam lingkungan keluarga yang peduli dengan kebudayaan Jawa. Dirumahnya ada wayang, gamelan dll yang mendukung budaya Jawa berkembang dan Lestari.

Macapat bersama, Eyang Christ paling kiri

Kejawen dan Katolik.

Sebagai seorang Katolik dan sekaligus berkecimpung dalam kebudayaan Jawa, Eyang Christ mengikuti KPKS (Kursus Pendidikan Kitab Suci) di Keuskupan Bogor tahun 2017-2019. Ikut bergabung dalam Paguyuban Macapatan di Paroki St.Matias Cinere Depok, dan kemudian mendirikan POKMAKICI (Kelompok Macapatan Kitab Suci) di Paroki St.Yohanes Baptista Parung Bogor, bersama dengan Pengurus DPP St.Yohanes Baptista, Dr.FX.Rahyono. Tentu saja mendirikan juga menjadi pembimbing macapatan. 

Selanjutnya mengalihtembangkan Kitab Suci Injil Matius, Markus, Lukas,  Yohannes, Kisah Para Rasul sampai Kitab Wahyu. Demikian pula dengan Kitab Deutorokanonika. Seluruhnya 5.113 halaman, dan dikemas dalam 16 buku,  ditulis selama 4 tahun. Ketekunan dan kesabaran Eyang Christ dalam mengalihtembangkan Kitab Suci berbuah. Rama Andreas Suhana Nitiprawira, CSsR yang juga menggeluti Kejawaan (Kejawen) menganjurkan supaya karya-karyanya diajukan ke MURI, untuk dimintakan penghargaan sebagai karya pengalihtembangkan Kitab Suci yang pertama kali di Indonesia. 

Eyang Christ menyetuji dan atas anjuran rama Andreas Suhana Nitiprawiro, CSsR, supaya karya-karyanya mendapatkan penghargaan dari MURI, sebagai penulis Injil Macapat (istilah dari redaksi), karena ini merupakan yang pertama penulisan Injil dalam bentuk Macapat.  Kemudian Eyang Christ mengurusnya sejak Januari 2023 dan selesai pada Desember 2024. Beliau mengurus rekomendasi dari LBI (Lembaga Biblika Indonesia) dan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) dan KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia) bahwa Eyang Christ adalah pribadi pertama yang mengalihtembangkan Kitab Perjanjian Baru dan Kitab Deutorokanonika menjadi Tembang Macapat.  

Eyang Christ dengan anugerahnya dari MURI

Penghargaan benar-benar turun dianugerahkan oleh Ketua Umum MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) Prof.Dr.KP.Jaya Suprana di kantor MURI Kelapa Gading Jakarta Utara. Penghargaan itu sendiri diberikan pada hari Rabu 8 Januari 2025.

Eyang Christ berharap pada umat Katolik untuk rajin membaca Kitab Suci. Eyang Christ teringat akan survey Geaorge Gallub di Amerika Serikat tahun 1978, yang mengatakan “Gereja Katolik adalah Raksana Penginjil yang sedang tertidur”. Gereja Katolik memiliki tradisi, struktur dan umat, tetapi tidak mempunyai api (kurang berkobar semangat penginjilannya).

Buku-buku Kitab Suci yang dialihtembangkan ke Macapat

“Datanglah Roh Kudus, nyalakan api kami” katanya disela-sela ceritanya. Eyang Christ mengajak untuk rajin membaca Kitab Suci, yang berarti sering mendengarkan Sabda Allah. “Agar menarik, Eyang alih tembangkan Kitab Suci itu agar mereka mau melantunkannya. Sekaligus melestarikan Kebudayaan nenek moyang yang hampir pudar”. Demikian Eyang Christ menutup penuturannya.
 

Posting Komentar untuk "POKMAKICI (Kelompok Macapatan Kitab Suci) mengantar Eyang Christ Mendapat Penghargaan MURI."